Alhasil, ketika kian banyak personal yang mampu menghasilkan konten di era Web 2.0 lewat platform sosialnya, kegagapan itu menyebar luas seturut jumlah personal yang memiliki platform sosial. Keheranan budaya berkembang jadi gegar budaya.
Dr. Firman Kurniawan S., Pemerhati Budaya dan Komunikasi Digital, Pendiri LITEROS.org
MENGIRINGI lahirnya Web 1.0 sebagai generasi pertama internet modern pada 1990-an, batas ruang yang dialami masyarakat berubah radikal. Lewat kelahiran teknologi itu, tonggak tak jelasnya batas ruang privat dengan ruang publik dipancangkan. Selain sebagai medium informasi perusahaan, banyak pengguna personal yang memanfaatkan teknologi world wide web atau waring wera wanua (www/diringkas sebagai web) generasi pertama ini. Gelombang publikasi aktivitas yang semula privat, seperti liburan keluarga, belanja di pasar, kerja rumahan dan luapan perasaan yang biasa ditulis di buku harian kini hadir di ruang publik. Masyarakat berkenalan dengan weblog atau lazim diringkas sebagai blog.
[Read More]