ABU Bakr al-Baghdadi memang dikabarkan tewas dalam serangan yang dilakukan pasukan gabungan Amerika Serikat (AS) dan Syrian Democratic Forces (SDF) pada Minggu dua pekan lalu. Namun, kematian al-Baghdadi disebut-sebut tidak akan mengurangi teror yang bakal ditebar ISIS ke seluruh dunia.
Prediksi ini disebut oleh seorang pejuang ISIS yang kini mendekam di penjara di Irak utara. Menurutnya, al-Baghdadi mungkin telah mati, tetapi dunia tidak menjadi tempat yang lebih aman. Saat diwawancara oleh media, pejuang ISIS yang diketahui bernama Muhammed Hasik menyebutkan bahwa dunia akan menyaksikan ISIS terus maju dan menaklukkan negara lain.
Lebih lanjut, Hasik percaya serangan terhadap Eropa akan terjadi. “Ketika yang satu mati, yang lain muncul,” katanya. Menurut Hasik, kematian al-Baghdadi yang dielu-elukan sebagai kemenangan besar bagi pemerintahan Trump tidak mungkin menghalangi mereka melancarkan aksi teror.
Pejuang ISIS kelahiran Srebenica, Bosnia, tersebut menilai arti penting dari kematian pendiri ISIS dalam sebuah serangan pasukan khusus AS itu sebagai sesuatu yang mencelakakan. “Saya pikir sekarang, mungkin di Eropa sesuatu akan terjadi karena banyak orang mungkin kesal dengan hal ini,” tambahnya.
Menurut Hasik, kematian al-Baghdadi tidak membuat perbedaan. “Kematian al-Baghdadi justru menjadikan ancaman ISIS akan lebih buruk dan lebih berbahaya dari sebelumnya,” tukasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi dipastikan tewas dalam sebuah operasi yang dilakukan oleh pasukan khusus AS di Idlib, Suriah. Kematian buronan nomor satu ini diumumkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump.
Akan tetapi, beredar kabar bahwa tongkat kepemimpinan ISIS telah berganti sebelum Baghdadi terbunuh. Pengganti Baghdadi itu disebut bernama Abdullah Qardash, mantan pejabat militer Irak. Dia disebut memimpin ISIS sejak bulan lalu. Namun, Hisham Al Hashemi, pakar ISIS dari Iraq, meragukan kebenaran kabar itu. Alasannya, tidak ada pengumuman di laman dan kanal ISIS.
Namun, di balik itu, kematian Baghdadi menjadi pukulan berat bagi ISIS. Selama ini, Baghdadi merupakan kekuatan moral bagi petarung ISIS. Hisham mengatakan ada dua kandidat yang bisa meneruskan tongkat pemimpin ISIS, yakni Abu Othman Al Tunsi dan Abu Saleh Al Juzrawi.
Tunsi merupakan warga Tunisia yang mengepalai majelis syura di ISIS. Majelis tersebut bertugas layaknya badan legislatif organisasi. Sementara, Juzrawi merupakan pemimpin komite delegasi, badan eksekutif ISIS. “Namun, mereka juga belum tentu diterima. Sebab, mereka bukan warga Irak atau Syria,” ungkapnya. Tak banyak yang tahu tentang dua sosok tersebut. Oleh karena itu, Hisham menilai kepemimpinan mereka bisa disambut dengan perpecahan.
Sementara itu, Max Abrahms, profesor di bidang sains politik di Northeastern University, mengatakan bahwa pergantian pemimpin ISIS bukan masalah pelik. Menurut dia, struktur ISIS lebih bersifat desentralisasi. “Saat Bin Laden meninggal, pertanyaan itu relevan. Namun, kelompok jihad yang sudah punya birokrasi bisa bertahan jika pemimpin mereka mati,” tegasnya.
Selain dua nama tersebut, sebenarnya ada satu orang lagi yang disebut punya kans menggantikan Baghdadi. Dia adalah Abu Hasan Al Muhajir, juru bicara ISIS. Namun, Muhajir dikabarkan tewas tak lama setelah kematian Baghdadi.
New York Times melansir bahwa Muhajir tewas saat berusaha kabur dengan menumpang truk pengangkut minyak. Namun, konvoi yang terdiri atas pikap dan truk itu disergap saat melewati Desa Ayn Al Bayda, Kota Jarablus. “Ini adalah kerja sama antara intel SDF dan tentara AS,” ungkap Mazloum Abdi, petinggi tentara SDF.
Perang Berlanjut
Kematian pemimpin tertinggi ISIS Abu Bakr al-Baghdadi ternyata tidak mengurangi semangat tempur AS. Pemerintah AS bahkan ingin memperkuat koalisi melawan ISIS. Kementerian Pertahanan AS mengatakan bakal menggelar pertemuan para menteri luar negeri di Washington pada 14 November 2019. Isu utama yang diangkat adalah tentang penarikan mundur pasukan AS dari Suriah utara pada 6 Oktober 2019 yang tidak berarti mengurangi perang melawan kelompok teror itu. “Tidak pernah ada ide kami akan meninggalkan misi melawan ISIS. Ini adalah upaya besar yang terus berlanjut,” kata pejabat AS yang tidak mau namanya disebutkan.
Disebutkannya, akan ada sekitar 30–40 menteri dan perwakilan organisasi yang menjadi koalisi melawan ISIS. Mereka akan berkumpul dalam inisiatif yang digagas Prancis dan AS tersebut. “Ini upaya Presiden Trump untuk menaruh pasukan di lapangan, pesawat di udara, serta uang mengalir untuk stabilisasi area bersama mitra dan sekutu koalisi,” kata pejabat tersebut.
Sebelumnya, Trump mengendurkan sikapnya untuk menarik pasukan AS dari Suriah setelah mendapat kecaman dari Kongres, termasuk dari politikus Partai Republik. Mereka juga mengkritik sikap Trump yang dinilai memberi peluang kepada serangan militer Turki pada 9 Oktober 2019 terhadap pasukan Kurdi di Suriah. Padahal, pasukan ini sekutu utama AS dalam memerangi kelompok teror ISIS sejak 2014.
B. Lilia Nova
Boks
Kronologi Kematian Abu Bakr al-Baghdadi
1. Amerika Serikat (AS) mulai menerima laporan intelijen tentang keberadaan Abu Bakar al-Baghdadi sekitar sebulan yang lalu. Dua pekan lalu, para pejabat intelijen mampu menentukan Abu Bakr al-Baghdadi berada di dekat Desa Barisha, barat laut Suriah.
2. Delapan helikopter lepas landas dari pangkalan udara di Irak Utara sekitar pukul 11 waktu Suriah pada Sabtu, 26 Oktober 2019. Kemudian, pasukan AS menuju ke daerah sasaran.
3. Usai terbang sekitar 1 jam 10 menit, pasukan AS mencapai target yang dituju, yaitu sebuah kompleks kecil di luar Barisha, Provinsi Idlib, Suriah.
4. Terjadi penembakan selama 30 menit dari helikopter di atas target sasaran. Rudal turut diluncurkan ke arah rumah-rumah yang menjadi basis.
5. Pasukan darat masuk dengan meledakkan tembok yang diyakini sebagai jebakan. Usai digerebek, Baghdadi dengan mengenakan rompi bom bunuh diri beserta ketiga anaknya melarikan diri ke jaringan bungker—terowongan bawah tanah.
6. Baghdadi menemukan jalan buntu saat robot dan anjing militer dikirim untuk melumpuhkannya. Akibat terpojok, ia menyulut rompi bunuh dirinya hingga menyebabkan terowongan runtuh dan tewas bersama anak-anaknya.
7. Setelah jasadnya ditemukan, petugas lab melakukan tes DNA di tempat. Dalam 15 menit pasca-kematiannya, mereka berhasil mengidentifikasi jasad tersebut sebagai Baghdadi. Jasadnya kemudian dibuang ke laut.