SEPEKAN sudah berita wafatnya Stanley Martin Lieber mengguncang hati penggemar. Malah bukan cuma penggemar, melainkan dunia. Ini bukan tanpa sebab. Selain dirinya sosok penting di belakang karakter-karakter Marvel, Stanley, atau yang lebih populer ditulis Stan Lee, adalah legenda yang tak tergantikan.
Sedekade belakangan, harus diakui, dunia Marvel makin menggila, termasuk di Indonesia. Cerita dan karakter fiksi di dalamnya seakan dianggap nyata—dan di dalam perjalanan itu, selalu ada nama Stan Lee. Terang saja kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi publik, termasuk di Tanah Air.
Pada dasarnya, Stan Lee adalah pencipta karakter superhero ikonik Marvel. Sebagai komikus, sang legenda ini adalah inspiratornya para komikus. Stan Lee adalah jenius dan bertangan dingin dalam menciptakan karakter superhero. Sebut saja seperti Spider-Man, Iron Man, the Hulk, Black Panther, dan banyak lagi. Semua sukses. Jadi, tak perlu heran kenapa para komikus di dunia, termasuk Indonesia, sangat merasa kehilangan atas kepergiannya.
Hasil-hasil karya Stan Lee tidak hanya dicintai oleh para fansnya, tetapi juga menginspirasi para komikus di seluruh dunia. Banyak cara dilakukan para komikus untuk mengenang sosok ini. Misalnya, komikus Mike Kusika. Ia langsung menggarap komik sebagai tanda penghargaan untuk mengenang Stan Lee dan juga seniman komik Jack Kirby yang juga telah tiada. Bersama Stan Lee, Jack Kirby menciptakan karakter-karakter terkenal antara lain Fantastic Four, X-Men, Thor, dan Doctor Doom.
Mike Kusika membuat komik dan diunggah lewat akun @mikekusika di Instagram. Cerita komiknya yang cuma dua lembar itu menggambarkan sosok Stan Lee dan Jack Kirby yang akhirnya bisa bertemu kembali di “dunia lain” setelah keduanya meninggal. Spontan saja, komiknya itu mengundang haru orang yang melihatnya.
Dalam adegan komiknya, Jack Kirby digambarkan tengah menggambar karakter baru. Sesosok kakek tua datang menghampirinya dari belakang, sambil berkata, “Jack, temanku... Kamu masih menggambar?”
Saat itu Jack belum menyadari siapa sosok tua yang bertanya itu. Ia bilang, “Ini rahasiaku. Aku selalu menggambar....,” bicaranya terhenti setelah menoleh ke arah sumber suara yang bertanya padanya.
“Stan? Kamu di sini?” tanya Jack kaget karena kata “di sini” yang ia maksud tentu saja alam setelah kematian. Itu berarti Stan Lee pun sudah tiada. “Baru saja, temanku,” kata Stan Lee.
“Berhentilah menggambar sejenak. Mereka sudah melakukannya dengan baik di bawah sana. Kita percayakan ke anak-anak itu,” kata Stan.
“Baiklah, bagus kalau begitu,” jawab Jack.
Selanjutnya, Jack mengajak Stan berkeliling alam barunya itu. Sambil bercerita, Jack dan Stan mengenang dan mengomentari apa saja yang telah mereka lakukan bersama. “Kau bilang mereka membuat Stark (Tony) jauh lebih ‘badass’ dari yang kita buat?” tanya Jack.
“Tak hanya Stark, semua karakter jadi terlihat lebih ‘badass’. Tapi Jack, ini antara kau dan aku saja ya, kupikir aku rindu dengan karakter yang aslinya, yang kita buat. Menurutku yang asli yang terbaik,” lanjut Stan. “Excelsior,” kata Stan Lee.
Excelsior adalah salah satu moto andalan Stan Lee. Kata ini diambil dari bahasa Latin yang menginspirasi orang untuk terus maju dan menggapai yang lebih tinggi. Moto ini pertama kali ia lontarkan pada pertengahan 1960-an, saat masih mengisi kolom di Atlas Comics, sebelum Marvel Comics beroperasi. Kata “Excelsior” dipilih oleh Stan Lee karena gerah dengan para kompetitornya yang selalu meniru slogan-slogan yang selalu ia tulis di akhir kolomnya.
Di tahun-tahun itu pula, Stan Lee mulai mendirikan Marvel Comics. Ia bekerja sama dengan beberapa seniman, termasuk Jack Kirby dan Steve Ditko. Saat itu, ia menciptakan Spider-Man, Hulk, Doctor Strange, Fantastic Four, Iron Man, Daredevil, Thor, X-Men, dan banyak karakter fiksi lainnya yang kebanyakan memang superhero.
Terlepas dari itu, unggahan dari Mike langsung mendapat ratusan like di detik-detik pertamanya. Menurut Mike, Stan Lee adalah penulis yang genius. “Kalau saya sih karena saya fans Stan Lee dan Jack Kirby juga. Jadi, saya membuat ceritanya ada Jack Kirby-nya, karena karakter-karakter Marvel sebenarnya diciptakan Stan Lee bersama beberapa penulis dan artis juga, salah satunya yang paling besar influence-nya adalah goresan-goresan Jack Kirby,” ujar Mike Kusika.
“Karakter superhero di Marvel Universe itu rata-rata sangat membumi, manusia biasa yang punya kelemahan, kadang berbuat salah. Itu yang menarik. Melihat bagaimana perjuangan karakter-karakter itu unleashed the hero within,” tambahnya.
Sama halnya dengan yang dibuat komikus sekaligus line artist Alti Firmansyah. Seperti diketahui, ia banyak terlibat dalam penggarapan komik-komik Marvel seperti X-Men ’92, The Unbelievable Gwenpool, Thor VS Hulk, dan serial komik Marvel Rising. Tentu saja Alti mengaku sedih mendengar kabar meninggalnya Stan Lee.
Melalui akun Instagramnya @altifirmansyah, ia menggambar sosok Stan Lee dengan pose andalan seperti Spiderman. “Selama ini, aku terlalu fokus pengin masukin unsur lokal aja di dalam komik-komik Marvelku. Jadi, aku enggak pernah bikin kameo almarhum and I feel terribly bad about it,” kata Alti yang pernah menggambar peta Indonesia di badan Deadpool untuk salah satu komik. Alti sendiri ikut terlibat dalam penggarapannya.
Bagi Alti, dunia komik tidak akan seperti sekarang tanpa adanya seorang Stan Lee. “Enggak bakal tercipta dunia komik sedemikian luas dan kompleks. Lengkap dengan jalan cerita dan variasi karkater-karakternya yang sampai detik ini bisa memicu para artis untuk terus berkreasi, mengembangkan ide, dan meneruskan keajaiban dan dinamisnya dunia yang telah diciptakan Stan Lee,” lanjutnya.
Duka mendalam juga dialami komikus Indonesia, Iskandar Salim. Saat mendapat berita mengenai meninggalnya Stan Lee, ia langsung berniat untuk membuat tribute art, mengingat kreasi Stan Lee sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Karyanya itu ia unggah lewat akun miliknya di Instagram @komikfaktap.
“Saya menggambarkan seorang anak laki-laki memakai topeng Spider-Man dengan pose khasnya. Di belakangnya adalah Stan Lee dengan gaya menembakkan jaring laba-laba. Selain nostalgia, juga seolah-olah ingin mengatakan, “never stop playing and having fun” berapa pun usia kita,” ungkap Iskandar.
Iskandar mengaku Spider-Man adalah idolanya. Penampilannya yang unik dan berbeda telah membuatnya menyisakan ruang abadi di memorinya. Diterimanya karakter manusia laba-laba ini oleh masyarakat secara tidak langsung menginspirasinya dalam membuat karakter.
“Saya ingat bagaimana saya bergaya Spider-Man memanjat tembok koridor rumah dengan gaya kayang. Di bawahnya ada kasur untuk menahan jatuh. Saya juga ingat menaiki atap rumah membayangkan diri sebagai seorang superhero. Itu sampai saya diadukan kenalan orang tua,” kata Iskandar.
Excelsior
Seperti disebutkan tadi, excelsior adalah bahasa Latin yang menginspirasi orang untuk terus maju dan menggapai yang lebih tinggi. Semasa hidup, Stan Lee selalu tampil energik, bahkan hingga di usia senja. Tak hanya terlibat dalam kameo film-film Marvel dan menghadiri acara konvensi komik, ia juga masih rajin meladeni permintaan wawancara dengan media dan talk show.
Empat tahun lalu, misalnya, Stan Lee pernah tampil dalam acara talk show yang dipandu oleh Larry King. Ada yang menarik dalam wawancara tersebut. Larry King pernah bertanya blakblakan apakah di usia senjanya ini Stan Lee takut dengan kematian.
Kakek yang berusia 95 tahun saat wafat itu menjawab bahwa ia sama sekali tak takut. “Aku tak takut kematian, aku penasaran. Aku tak bisa membayangkan seperti apa rasanya karena secara pribadi aku membayangkan jika kamu mati, itulah akhirnya. Seperti mesin yang penggeraknya dimatikan,” tuturnya.
Ya, Stan juga mengaku penasaran dengan alam roh setelah kematian menjemput. “Tapi, tak mungkin kan bahwa hanya ada kehampaan selamanya? Kamu mengerti kan maksudku. Aku tak bisa memercayainya,” tuturnya. Ia pun mengatakan tak sabar untuk mengetahui apa yang menantinya setelah kematian datang.
“Aku hampir tak sabar untuk menemukan jawabannya. Tapi, aku tak terburu-buru,” kata dia yang saat itu masih berusia 91 tahun.
Setelah pertanyaan itu dilontarkan, Stan Lee berjuang melawan deretan penyakit. Ia sempat menderita pneumonia dan pernah dilarikan ke rumah sakit. Ia mengalami sesak napas dan detak jantung yang tak teratur.
Sampai pada akhirnya, Stan Lee mengembuskan napas terakhir pada Senin malam (12/11). Penulis dan editor legendaris itu meninggal setelah sempat dilarikan ke rumah sakit Cerdars Sinai Medical Center di Los Angeles, Amerika Serikat. Meski tak ada pernyataan resmi, beberapa menyatakan bahwa Stan Lee mengalami penyakit paru-paru.
Warisan
Meski telah tiada, Stan Lee pergi meninggalkan banyak warisan abadi. Komunitas Marvel Indonesia menyebut dunia superhero Marvel merupakan warisan paling besar yang ditinggalkannya. Tak cuma di kalangan sesama komikus, bagi penggemarnya sendiri, sosok Stan Lee sudah kadung punya tempat di hati mereka.
“Warisan paling besar adalah dunia Marvel itu sendiri. Jadi, dari yang tadinya orang mengenal superhero di buku atau komik serta mereka yang tadinya malas baca, akhirnya dia coba mempromosikan dan mengangkat bersama para rekannya ke dalam layar lebar. Jadi, orang-orang lebih mengenal para karakter superhero lewat film. Itu warisan terbesar beliau yang saya lihat dari komik yang almarhum rintis dari awal hingga sekarang,” ujar perwakilan sekaligus pendiri Komunitas Marvel Indonesia, Dedi Fadim.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Stan Lee merupakan salah satu sosok yang berjasa membawa Marvel hingga ke posisi sekarang. “Saya sebagai fans dan mewakili para penggemar di sini turut berduka cita yang sangat mendalam mengingat Stan Lee merupakan salah satu petinggi Marvel yang mau membuka diri publik, terutama para penggemar. Beliau sudah sangat berjasa membawa Marvel sampai sekarang dengan mengenalkan karakter-karakter dan dunia Marvel kepada publik,” kata Dedi.
“Semoga beliau tenang di sisi-Nya karena pekerjaan beliau sekarang sudah diteruskan oleh rekan-rekan dan fansnya. Jadi, tugas beliau sudah dijalankan dengan baik hingga membuat Marvel dikenal publik lebih luas lagi,” imbuh Dedi.
Dalam unggahan di akun resmi Instagramnya, Komunitas Marvel Indonesia menuliskan ungkapan bela sungkawa atas wafatnya Stan Lee. “Selamat jalan kepada punggawa tercinta Marvel... Anda telah menyentuh begitu banyak orang, membawa keberanian kepada mereka yang tidak memilikinya. Anda inspirasi bagi kami semua. Terima kasih atas karya Anda yang luar biasa serta kontribusinya pada sejarah komik dan yang terpenting kepada masa kanak-kanak kami. Anda akan sangat dirindukan... Kami mencintai Anda. Warisan Anda akan terus hidup.. Excelsior!” tulis komunitas tersebut disertai foto Stan Lee sedang membaca komik Spider-Man.
Selain karya, teladan yang diwarisi Stan Lee tentu saja semangatnya dalam mencintai pekerjaan. “Ayah saya mencintai semua penggemarnya. Dia merasa wajib kepada para penggemarnya untuk terus menciptakan. Dia adalah pria paling hebat dan paling baik,” ungkap J.C Lee, putri Stan Lee, seperti dilaporkan dari Reuters.
Pria yang lahir di New York City pada 28 Desember 1922 ini bahkan masih menunjukkan konsistensinya mencintai pekerjaan meski dilanda masalah di akhir-akhir hidupnya. “Dia mencintai hidupnya dan dia mencintai pekerjaannya. Keluarga mencintainya dan para penggemarnya mencintainya. Dia tak tergantikan,” ungkap J.C Lee seperti dilansir dari The Guardian.
Selain berjuang melawan pneumonia, Stan Lee juga mengalami masa-masa tak mengenakkan dalam beberapa tahun terakhir. Istrinya, Joan Boocock Lee meninggal dunia pada Juli 2017. Ia juga menuntut para bos POW! Entertainment, perusahaan yang ia dirikan pada 2001 atas tuduhan penggelapan uang. Stan Lee juga menuntut mantan manajernya.
Terlepas dari itu, banyak penghargaan sudah ia dapatkan. Ia dilantik ke dalam industri buku komik Will Eisner Award Hall of Fame pada 1994 dan Jack Kirby Hall of Fame pada 1995. Stan Lee juga menerima National Medal of Arts pada 2008. Selebihnya? Stan Lee menyandang legenda yang disematkan semua pecinta komik di dunia.
Anes Wahyu Novianto